DRAGONSLOT-Timnas Indonesia menutup 2024 dengan kenyataan pahit, gagal melaju ke semifinal Piala AFF 2024. Tapi banyak pelajaran yang bisa dipetik karena tumbang di pentas Asia Tenggara bukanlah akhir dari segalanya.
Kalah 0-1 dari Filipina pada pertandingan terakhir Grup B Piala AFF 2024, Sabtu (21/12), jadi penyebab skuad Garuda terdepak dari kompetisi. Tim asuhan Shin Tae Yong itu terpaksa melepas tiket semifinal ke tangan pasukan The Azkals.
Skuad Garuda finis di peringkat ketiga klasemen akhir Grup B dengan empat angka. Sedangkan Vietnam ada di puncak klasemen dengan 10 poin, lalu diikuti oleh Filipina di posisi kedua dengan enam poin.
Ini bukan pertama kalinya Indonesia tersisih. Dari total 15 kali keikutsertaan, sudah empat kali tim Merah Putih tersingkir di babak penyisihan.
Indonesia kembali terdepak di fase awal setelah terakhir kali mengalami hal serupa pada 2018 lalu. Sempat meningkat pada edisi 2020 sebagai runner up, tapi menurun usai tak lolos final pada 2022, dan kini merosot lagi karena absen di semifinal
Jika pandangan hanya terpaku kepada Piala AFF, tentu kembali gagal merengkuh gelar nampak mengecewakan. Tapi sebenarnya, pencapaian Indonesia tahun ini justru menjanjikan jika melihat dari sudut pandang yang lebih luas.
Tim senior melaju ke fase gugur Piala Asia 2023 yang berlangsung awal tahun. Kemudian kesempatan lolos ke Piala Dunia 2026 masih terbuka seiring dengan eksistensi Indonesia di putaran ketiga. Ini dua contoh riil bahwa Timnas Indonesia berada di jalur yang tepat meski dengan langkah-langkah kecil.
Karena itu, menjadi hal logis ketika PSSI memutuskan tidak meliburkan Liga 1 dan menerjunkan pemain-pemain muda yang nyaris separuhnya merupakan debutan di tim senior.
Harapannya, Piala AFF jadi batu loncatan para pemain muda untuk rentetan turnamen berikutnya seperti Piala Asia U-20, Kualifikasi Piala Asia U-23, dan SEA Games 2025. Ini yang digelorakan Ketua PSSI, Erick Thohir sebelum Piala AFF 2024 berlangsung.
Sudah semestinya bukan torehan prestasi yang jadi tolok ukur kali ini, melainkan apa saja yang bisa dipetik dari tim dengan rata-rata usia 20,3 tahun tersebut.
Selama Piala AFF tidak masuk ke dalam agenda FIFA, selama itu pula Timnas Indonesia tak perlu muluk-muluk untuk menargetkan juara. Beda cerita jika orientasi yang diusung PSSI adalah gengsi di antara tetangga.
Dalam menetapkan target ini juga tak boleh ada kontradiksi, tak ingin ‘ngoyo’ di awal tapi tantrum saat semuanya berakhir. Skala prioritas perlu disusun dengan ajeg jika yang digelorakan adalah peningkatan tim nasional.
Karena itu, Piala AFF biarlah seperti prinsip di awal sebagai batu pijakan menuju tahap berikutnya. Sebab dari Piala AFF 2024 ini, STY bisa menyaring pemain yang layak untuk terus berseragam dengan lambang Garuda di dada.
Ada pemain-pemain yang tampil menjanjikan selama Piala AFF 2024 berlangsung. Beberapa di antaranya adalah Dony Tri Pamungkas, Kadek Arel, Cahya Supriadi, Achmad Maulana, dan Victor Dethan.
Dony Tri mampu membuktikan diri sebagai pemain serba bisa tak hanya terpaku sebagai bek sayap. Kadek Arel bisa menunjukkan ketenangan dalam bertahan sekaligus jadi jawaban kebuntuan ketika melakukan overlap.
Kemudian Cahya Supriadi punya kemampuan penempatan posisi dan refleks yang mumpuni. Lalu Achmad Maulana dan Victor Dethan bisa menunjukkan kreativitas dalam menghidupkan aliran bola ke depan.
Bukan yang tak disebutkan adalah pemain buruk. Tapi logika yang perlu ditanamkan adalah hadirnya nama-nama potensial untuk Timnas Indonesia di masa depan.
Ini sejalan dengan rencana PSSI yang ingin pemain-pemain dari Piala AFF 2024 menyebar ke turnamen kelompok usia tahun depan. Dengan catatan, evaluasi juga mesti dilakukan sebelum ajang berikutnya semakin dekat.
Evaluasi terhadap pelatih juga perlu digelar. Terutama soal hal-hal mendasar seperti skema permainan dan produktivitas gol.
Di Piala AFF 2024, seluruh pencetak gol Timnas Indonesia adalah bek. Plus dari empat gol yang dicetak juga berawal dari lemparan jauh Pratama Arhan.
Gol tetaplah gol, tapi perlu ditelaah lebih dalam adalah jika yang menunaikan tugasnya bukan lini depan dan berasal dari skema yang itu-itu saja.
Dengan jeda kurang lebih tiga bulan sebelum Kualifikasi Piala Dunia 2026 pada Maret 2025 mendatang, PSSI dan pelatih perlu sehati dan sepemikiran untuk menyusun kekuatan terbaik untuk Timnas Indonesia.